Friday , March 29 2024
Beranda / Berita / Retas Situs Pemerintah AS, Pria Indonesia Ini Diundang NASA Pelatihan Hidup Di Mars
deras.co.id
Venzha Christ, penggiat Space Art Indonesia,

Retas Situs Pemerintah AS, Pria Indonesia Ini Diundang NASA Pelatihan Hidup Di Mars

Unidentified flying object (UFO) oleh banyak orang diyakini sebagai pesawat terbang berkecepatan super yang dipakai alien atau makhluk asing.

Di bumi penampakan “diduga” UFO pun berkali-kali tertangkap kamera dan diberitakan media.

Yang paling terbaru pada Jumat (9/3/2018) lalu, To The Stars Academy of Arts and Science (TTSA) merilis rekaman video pertemuan para pilot pesawat tempur F/A-18 Hornet dengan UFO di pesisir timur Amerika Serikat (AS) yang terjadi pada 2015.

Kementerian Pertahanan Amerika atau Pentagon juga tak tinggal diam dengan kemunculan benda asing tersebut. Seperti dilansir The Guardian, Minggu (17/12), mereka mengaku pernah melakukan misi rahasia selama lima tahun untuk mencari UFO.

Sayang misi itu ditutup tanpa hasil pada 2012 akibat penghematan anggaran. Di kalangan rakyat biasa, penampakan UFO juga tak hanya menjadi obrolan belaka. Mereka malah tertarik untuk menggali informasi tentang benda asing tersebut, seperti yang dilakukan Venzha Christ.

Pria asal Surabaya ini sengaja berkemah di Area 51, Nevada AS agar dapat melihat UFO dengan mata kepalanya sendiri. Daerah ini merupakan tempat terlarang di Nevada karena menjadi lokasi proyek militer rahasia Amerika.

Dalam artikel Express.co.uk, Selasa(6/2/2018), dijelaskan bahwa di Area 51 banyak tanda-tanda penampakan UFO dan alien. Para pencari UFO bahkan menduga Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) telah menyembunyikan kehidupan alien di sana.

Mereka juga mengklaim Area 51 sebagai tempat untuk menganalisis mayat yang tewas akibat insiden piring terbang asing yang jatuh ke bumi pada 1974 atau dikenal dengan insiden Roswell. Kegilaan Venzha akan UFO memang sudah terlihat dari masa kecilnya yang gemar menonton film-film science-fiction dan mengumpulkan barang-barang antariksa.

“Waktu kecil saya memang berada di dunia yang sangat fiktif atau science fiction sekali.

Jadi di situ ada komik, novel, majalah, dan buku-buku luar angkasa yang bisa saya baca dan amati,” kata Venzha dalam tayangan YouTube yang diunggah pada Rabu (14/3/2018).

Berangkat dari hal itu Venzha kemudian fokus mempelajari space science atau ilmu tentang luar angkasa. Dari situ dia lalu melakukan eksperimen-eksperimen sehingga menghasilkan DIY Radio Astronomi, alat yang berguna untuk menangkap sinyal dari luar bumi.

Bekerjasama dengan NASA

Tak cukup berkemah, Venzha lalu meretas situs salah satu instansi pertahanan pemerintah Amerika supaya bisa melihat data-data luar angkasa.Aksi nekat tersebut kemudian mendapat perhatian dari Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Mereka lalu menghubungi dan mengundang Venzha untuk mengetahui NASA lebih jauh.

NASA pun mengajak dirinya untuk bekerja sama dalam bidang inovasi space science karena tertarik dengan apa yang dilakukan oleh Venzha Christ. Sebagai informasi, alumnus Institut Seni Indonesia Yogyakarta ini adalah pegiat seni yang coba mengombinasikan space dan art.

Semua itu diawali dengan usaha dia bersama ketiga temannya yang mendirikan House of Natural Fiber (HONF) pada 1999.

Laboratorium new media art atau seni media baru ini adalah tempat kumpul orang-orang dari berbagai lintas disiplin ilmu yang tertarik membahas seni, teknologi, ilmu pengetahuan, dan masyarakat.

Baru pada 2011, HONF mengukuhkan dirinya sebagai yayasan atau institusi yang fokus terhadap space science. Dari sini barulah lahir space art.

Atas dasar itu, NASA lalu mengajak Venzha untuk berkolaborasi dalam pameran bertajuk a human adventure di Art Science Museum, Singapura.

Dirinya dipercaya lembaga tersebut untuk memperkenalkan penggabungan art dan science dalam bidang space science.

Venzha yang membawa nama HONF juga memamerkan DIY Radio Astronomi yang sudah dikembangkannya sehingga bisa memvisualisasikan gelombang luar angkasa yang tertangkap.

“Jadi, ada visualisasi frekuensi dan gelombang yang bisa dilihat langsung oleh penonton.

Ada pula enam monitor yang bisa memvisualkan 3D animasi apa itu radio astronomi, dan mesin apa yang saya bangun dan bawa ke sana,” kata dia.

Tidak cuma bekerja sama, NASA mengajak Venzha untuk mengikuti Mars Desert Research Station (MDRS) atau pelatihan hidup di Planet Mars pada Maret-April 2018.

Program tersebut merupakan pelatihan untuk mempersiapkan manusia secara mental, psikologi, dan fisik supaya bisa bertahan hidup dalam kondisi sangat ekstrem dan berbeda jauh dengan bumi.

Venzha pun menjadi satu-satunya orang Indonesia pertama yang ikut dalam pelatihan tersebut. Sementara itu, lima peserta lain merupakan warga negara Jepang. Meski namanya sudah mendunia, hal itu belumlah cukup bagi Venzha.

Dia ingin membuat museum science fiction supaya anak-anak muda Indonesia memiliki fasilitas untuk mengobservasi luar angkasa ataupun hal lain di bidang teknologi.

Sumber: nationalgeographic.grid.id

Baca Juga

deras.co.id

Satnarkoba Polres Sergai Ringkus Seorang Residivis Terduga Pengedar Sabu Di Silinda

DERAS.CO.ID – Sergai – Tim Opsnal Satnarkoba Polres Serdangbedagai (Sergai) berhasil meringkus seorang residivis berinisial …