Friday , March 29 2024
Beranda / Saintek / Peneliti ungkap bukti baru tentang asal bulan Mars

Peneliti ungkap bukti baru tentang asal bulan Mars

 

 

 

 

Gambar bulan Planet Mars, Phobos, dari jarak 6.800 kilometer yang diambil kamera The High Resolution Imaging Science Experiment (HiRISE) pada pesawat Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) pada 23 Maret 2008. (NASA/JPL/University of Arizona)

Jakarta (ANTARA News) – Penelitian terbaru menunjukkan bahwa bulan Mars yang lebih besar, Phobos, kemungkinan merupakan asteroid pengembara yang terperangkap tarikan gaya gravitasi planet.

Para astronom mencocokan susunan kimia permukaan Phobos dengan meteorit yang menghantam Kanada dan menyimpulkan bahwa bulan Mars sepertinya bermula dari asteroid kaya karbon “tipe D” yang melayang terlalu dekat dengan planet merah.

“Phobos adalah sesuatu yang cukup aneh di dalam tata surya,” kata Maurizio Pajola, astronom dari Universitas Padova, Italia, penulis utama hasil studi yang dipublikasikan dalam The Astrophysical Journal tersebut.

Pajola dan timnya mengandalkan data spektral, informasi yang diperoleh dengan menguji sinar matahari yang memantul dari Phobos. 

Sewaktu cahaya mengenai sebuah objek seperti asteroid, elemen-elemen berbeda menyerap sedikit panjang gelombang dan memantulkan sisanya. Ilmuwan mencermati susunan kimia objek dengan melihat pita pantulan cahaya yang hilang.

Para peneliti menggunakan data spektral Phobos yang diambil dari pesawat Rosetta milik Badan Antariksa Eropa pada 2007 dan membandingkannya dengan asteroid tipe D yang diketahui sebagai 624 Hektor.

Kemudian tim membandingkan data Phobos dengan meteroit yang menghantam danau Tagish di Kanada tahun 2000, juga dianggap sebagai asteroid tipe D.

“Kami mencoba memahami jenis komposisi mineral apa yang mungkin,” kata Pajola seperti dilansir laman Livescience.

Pajola dan timnya menemukan bahwa Phobos sangat mirip dengan asteroid tipe D.

Dua teori

Ada dua pemahaman tentang asal pembentukan dua bulan Mars, Phobos and Deimos, yang termasuk bulan paling kecil dalam tata surya.

Pertama bulan Mars berasal dari asteroid. Ini merupakan penjelasan populer karena sebagian Mars berada di sisi wilayah asteroid tata surya.

“Masih sangat banyak kontroversi. Mereka terlihat seperti asteroid,” kata ilmuwan dari Pusat Penelitian John Glenn NASA, Geoffrey Landis, yang tidak terlibat dalam studi.

“Tak hanya terlihat seperti asteroid, ini seperti tipe asteroid spesifik,” tambahnya.

Sementara menurut teori kedua, bulan itu terbentuk dari debu yang mengelilingi Mars setelah formasi, atau dari puing yang terlempar setelah meteorit besar menabrak planet.

Bila demikian kejadiannya maka bulan Mars seharusnya terbuat dari bahan yang sama dengan planet itu sendiri.

Pajola dan timnya juga mengembangkan skenario berdasarkan dinamika orbital untuk menjelaskan  jalur putaran tak biasa Phobos.

Menurut perhitungan mereka, jika Phobos bertabrakan dengan asteroid lain pada titik yang tepat maka itu bisa memukul Phobos ke orbit sirkularnya.

Temuan terbaru itu merupakan satu kemajuan dalam usaha memecahkan misteri asal mula bulan Mars.

 

Peneliti temukan tanda keberadaan air di planet jauh

Ilustrasi cahaya bintang yang menerangi atmosfer satu planet. Keberadaan air atmosfer pada sedikit exoplanet yang mengorbit bintang-bintang di luar tata surya sudah pernah dilaporkan tapi studi kali ini secara konklusif mengukur dan membandingkan profil intensitas tanda-tanda tersebut. (NASA’s Goddard Space Flight Center)

Tim peneliti menemukan tanda keberadaan air di atmosfer lima planet jauh menggunakan teleskop Hubble milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Menurut laman resmi NASA, kelima planet itu adalah WASP-17b, HD209458b, WASP-12b, WASP-19b and XO-1b.

Kekuatan sinyal air pada kelima planet tersebut beragam. WASP-17b, planet yang tertutup penuh atmosfer, dan HD209458b memiliki sinyal terkuat. WASP-12b, WASP-19b dan XO-1b juga memiliki sinyal keberadaan air konsisten.  

Keberadaan air di atmosfer telah dilaporkan sebelumnya, pada beberapa exoplanet yang mengorbit bintang-bintang di luar tata surya kita, tetapi peneliti dari Universitas Maryland di College Park untuk pertama kali mengukur dan membandingkan secara menyakinkan profil dan intensitas sinyal ini pada beberapa dunia.

“Kami sangat yakin bahwa kami melihat tanda keberadaan air pada planet-planet tersebut,” kata Avi Mandell, ilmuwan dari Goddard Space Flight Center NASA dan penulis utama hasil studi yang dipublikasikan jurnal Astrophysical tentang keberadaan air di planet jauh.

“Studi ini benar-benar membuka pintu untuk membandingkan berapa banyak air di atmosfer pada exoplanet yang berbeda, misalnya planet yang lebih panas versus yang lebih dingin,” ujarnya seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Para peneliti menggunakan Wide Field Camera 3 teleskop ruang angkasa Hubble untuk mengamati detil penyerapan cahaya pada atmosfer planet.

Pengamatan dilakukan dalam rentang panjang gelombang inframerah tempat tanda air, jika ada, terlihat.

Mereka membandingkan bentuk dan profil intensitas penyerapan dan konsistensi tanda itu memberikan mereka keyakinan bahwa mereka melihat air.

Para peneliti terkejut melihat sinyal air kurang jelas dari yang diharapkan dan mereka menduga ini karena lapisan selimut kabut atau debu pada kelima planet tersebut.

Kabut dapat mengurangi intensitas semua sinyal atmosfer, sama seperti kabut dapat membuat warna dalam foto samar.

Pada saat yang sama, kabut mengubah keberadaan sinyal air dan molekul penting lainnya dengan cara yang berbeda, demikian menurut NASA.

 

 

 

 

Baca Juga

deras.co.id

Raz Championship 2024 Resmi Ditutup, SMA YPSA Pertahankan Piala Bergilir

DERAS.CO.ID – Penjabat Gubernur Sumatera Utara Hassanuddin mengapresiasi Raz Championship 2024, “Kegiatan RC ini merupakan …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *