Friday , March 29 2024
Beranda / Berita / Rubella, Virus Berbahaya Menimpa Bayi Cantik Iftiyah
deras.co.id

Rubella, Virus Berbahaya Menimpa Bayi Cantik Iftiyah

Iftiyah, bayi mungil yang genap 7 bulan pada 1 Februari (besok-red) sekilas terlihat sehat. Ia tampak ceria meski harus merasakan berbagai cobaan berat di usianya yang sangat belia. Selain kedua mata indahnya yang divonis katarak, bagian sekitar jantung buah hati dari pasangan Kesuma Ramadhan dan Ratih Rachmadona ini juga mengalami kebocoran. Tak sampai di situ, pendengarannya pun ternyata ikut terganggu yang menurut medis dirinya menderita ketuliaan dengan kadar sedang menuju berat.

Penyebabnya karena keganasan virus rubella. Bagaimanakah perjalanan riwayat penyakit bungsu dari dua bersaudara ini menyerang tubuh mungilnya?

Iftiyah Ramadhan, awalnya lahir dengan berat 1,7 kg kategori Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Ia tak lahir premature. namun BBLR tersebut membuat Iftiyah harus berada di ruang incubator RS Bunda Thamrin Medan selama tujuh hari.

Setelah mendapatkan perawatan, tepat pada tanggal 7 Juli 2016, Ia pun dibawa pulang dengan harapan dapat tumbuh dengan berat badan normal seperti anak-anak sehat lainnya. Namun, Tuhan berkehendak lain, mata indah Iftiyah mulai tampak berbedak seperti katarak.

“Tak berselang lama setelah kedatangan Iftiyah di rumah, kami mulai mencurigai matanya. Akhirnya kami pun menghantarkan Ia kembali ke RSUD dr Pirngadi. Setelah diperiksa, dokter menyatakan katarak kongenital,” ujar Ratih menceritakan kisah buah hatinya itu.

Iftiyah pun menjalani operasi, penglihatannya masih bisa diselamatkan lewat tindakan operasi dan tanam lensa. Tak sampai di sini, sebelum operasi pengangkatan katarak dilakukan, Iftiyah diharuskan melakukan serangkaian pemeriksaan medis antara lain cek darah, jantung dan rontgen paru-paru. Dari hasil pemeriksaan ketiganya, dokter menemukan ada kelainan.

“Hasil rontgen paru-paru menunjukan saat itu, Iftiyah terkena bronco pneumoni namun dokter spesialis anak yang lain menyatakan diagnosa itu salah. Dokter spesialis jantung saat itu juga mulai mencurigai ada virus toxo dan rubella yang menyerang Iftiyah dari sejak dalam kandungan. Alhasil, operasi pun sempat ditunda selama seminggu dan baru dilaksanakan pada 21 Oktober 2016,” katanya.

Cobaan hidup Iftiyah belum berhenti sampai disitu, bayi 7 bulan itu harus kembali menjalani serangkaian tindakan medis karena suhu tubuhnya yang kerap mengalami demam tinggi. Ia bahkan sempat dirawat inap selama tiga hari akibat adanya infeksi pada darahnya.

“Saya tidak begitu mengerti istilah kedokterannya, tapi begitulah yang disampaikan dokter pada kami saat itu,” ujarnya.

Singkat cerita, dokterpun menyarankan agar Iftiyah dirujuk ke rumah sakit RSUP H Adam Malik untuk diperiksa lebih lanjut terkait indikasi adanya virus toxo dan rubella yang menyerang beberapa organ dalam tubuhnya.

“Hari pertama kedatangan kami ke rumah sakit itu, dilakukanlah pengambilan sampel darah untuk memastikan benarkah rangkuman dari semua peristiwa ini adalah karena rubella dan toxo atau lainnya. Menanti hasil cek laboratorium, pemeriksaan lain di hari berikutnya membuat kami bertambah syok hasil pemeriksaan dari ruang echo, menunjukan ada kelainan pada jantungnya,” kata Ratih sedih.

“Ada lubang kecil diluar jantungnya. Kebanyakan orang menyebutnya jantung bocor. Hari berikutnya pemeriksaan THT dan lagi lagi ada masalah pada telinganya. Kata dokter saat itu, Ia belum bisa memastikan di bagian saraf mana yang terganggu. Jika masih ada sisa pendengaran, akan mengunakan alat. Jika tidak ada lagi sisa pendengaran harus operasi melalui pemasangan implant,” kisahnya.

Selasa (27/12/2016) hasil lab pemeriksaan virus TORCH pun keluar, Iftiyah dinyatakan positif terinfeksi virus rubella dari sejak dalam kandungan. “Dokter yang membaca hasil lab kemudian menjelaskan bahwa virus yang ada dalam darahnya, kini sudah menjadi antibodi. Semuanya sudah aman. Hanya tinggal membenahi apa yang sudah dirusak oleh si rubella saja,” katanya.

Namun, Ratih dan suaminya pun masih terkendala dengan alat bantu dengar, karena BPJS hanya menanggung Rp1.000.000 untuk alat tersebut. Sementara harga alat bantu dengar tersebut bisa mencapai sekitar Rp10 juta untuk satu unit, dan sepasang mencapai Rp20 juta lebih.

“Saat ini masih cari alat bantu dengarnya dulu, biar bisa terapi sembari persiapan untuk operasi jantungnya,” kata Ratih.

Rubella Menyebabkan Bayi Lahir Cacat

Sementara itu, dr Adlin Adnan, Sp THT mengatakan, Rubella atau Campak Jerman ini termasuk jenis penyakit dari kelompok Toksoplasma, Rubella, Sitomegalovirus atau CMV dan Herpes simpleks (TORCH). Virus rubella fatal bagi pertumbuhan dan kehidupan janin.

“Janin akan terancam terkena kelainan jantung, kehilangan pendengaran atau tuli ketika dilahirkan, retardasi mental, kelainan pada bentuk dan fungsi mata, katarak, hidrosifalus, gangguan pada sejumlah organ seperti jantung, paru-paru dan limpa, bayi lahir dengan berat badan rendah, hepatitis, radang selaput otak, dan lainnya,” katanya.

Gejalanya, lanjutnya kebanyakan ibu hamil tidak merasakan gejala apa pun, hanya demam ringan, pusing, pilek, mata merah dan nyeri pada persendian. Sampai saat ini, belum ada cara mengobatinya, namun penyakit ini bisa diantisipasi melalui vakain MMR. Untuk itu, tindakan preventif harus digalakkan khususnya oleh pemerintah.

“Virus ini efeknya bagi anak sangat fatal, saya juga saat ini sedang menggalakan informasi terkait penyakit ini sebagai upaya preventif. Kasihan kalau sampai menyerang ibu hamil,” katanya.

Kepala Bidang Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Sumut, Hikmed mengatakan, virus rubella menyerang ibu hamil dapat menyebabkan bayi lahir cacat mental, gangguan hati dan lainnya, untuk itu di Tahun 2018 dilakukannya kampanye di Sumut dan di pulau Jawa tahun 2017.

Selain itu sambung dia, adanya kesepakatan WHO yang menyatakan harus dilakukan pencegahan massal dengan vaksin. Pada wanita yang menikah diberikan minimal sebulan sebelum kehamilan dan anak anak usia 12 sampai 15 bulan.

“Sekarang tahap sosialisasi dan penyuluhan kepada kabupaten/kota agar melaksanakan kampanye bersamaan di 2018 dan buat anggarannya di APBD atau di dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Kabupaten/kota juga harus menyiapkan data anak usia 12 sampai 15 bulan dan ibu yang mau berumah tangga. Vaksinasi massal di Indonesia dilakukan dengan waktu berbeda seperti di Jawa tahun 2017, karena kalau sempat ibu menderita virus rubella, anak yang dilahirkan bisa cacat. Jadi dengan imunisasi massal, menghindari terjadinya congenital rubella syndrom. Kalau vaksinnya sudah dibuat satu untuk vaksin campak dan rubella,” terang Hikmed.

Menurut Hikmed, kasus rubella ada di Indonesia tetapi tidak diketahui, sebab baru diketahui setelah anak dilahirkan.

“Untuk mengetahuinya, perlu penelusuran dan pemeriksaan sejak kehamilan apalagi banyak faktor penyebab bayi lahir cacat. Kalau sudah divaksin, bayi lahir cacat berarti bukan karena rubella,” katanya.

Adapun gejala atau ciri ciri rubella ini diantaranya ruam warna merah muda khas. Diawali bintik-bintik, yang bisa gatal, sebelum menyebar dari belakang telinga ke kepala dan leher dan kemudian bagian lain dari tubuh bagian atas. Ruam biasanya berlangsung sampai seminggu.

Gejala lainnya adalah pembengkakan kelenjar getah bening di sekitar telinga dan belakang kepala, badan panas dan badan menggigil. Virus rubella dapat menular dari orang yang terinfeksi batuk atau bersin dan dapat menyebar melalui kontak langsung dengan sekret pernapasan orang yang terinfeksi, seperti lendir atau ingusnya.

Dalam kesempatan itu, Hikmed juga mengimbau kepada masyarakat untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat. “Mari kita jaga kebersihan dan terapkan pola hidup bersih dan sehat,” katanya.

Sumber Baguskali.com

Baca Juga

deras.co.id

Satnarkoba Polres Sergai Ringkus Seorang Residivis Terduga Pengedar Sabu Di Silinda

DERAS.CO.ID – Sergai – Tim Opsnal Satnarkoba Polres Serdangbedagai (Sergai) berhasil meringkus seorang residivis berinisial …