Wednesday , October 9 2024
Beranda / Berita / Industri Ritel Gulung Tikar, Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi RI?
deras.co.id
Industri Ritel banyak gulung tikar akibat pola belanja masyarakat yang bergeser ke arah online

Industri Ritel Gulung Tikar, Bagaimana Pertumbuhan Ekonomi RI?

Jakarta, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan merilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2017. Patut ditunggu lantaran pemerintah menargetkan satu tahun penuh sebesar 5,2% dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2017.

Hingga semester I-2017, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,01%, setelah pada kuartal I-2017 berada di level 5,01%, dan kuartal II-2017 pun sama di sebesar 5,01%. Pada enam bulan pertama di tahun ini, data ekonomi makro yang cukup tinggi ternyata masih menimbulkan berbagai pertanyaan.

Salah satunya terkait dengan ritel atau toko serba ada (toserba) banyak berguguran dan daya beli masyarakat khususnya kelas menengah bawah yang turun.

Lalu bagaimana ekonomi di kuartal III-2017?

Ekonomi Indonesia pada kuartal III-2017 masih diproyeksikan di kisaran 5% oleh para ekonom. Seperti ekonom dari Bank Permata, Josua Pardede, meramalkan ekonomi nasional tumbuh ke level 5,06% di kuartal III-2017.

“Pertumbuhan ekonomi kuartal III-2017 diperkirakan membaik dari 2 kuartal sebelumnya pada tahun ini,” kata Josua saat di Jakarta, Senin (6/11/2017).

Prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2017 sebesar 5,06% ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang berada di angka 4,95%-4,99% (YoY). Konsumsi ini dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan penjualan mobil penumpang, peningkatan impor barang konsumsi, serta perbaikan penjualan ritel.

Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh sekitar 2,0%-3,0% (YoY), yang didukung oleh realisasi penyerapan belanja barang, bantuan sosial (bansos) dan belanja pegawai yang meningkat. Sementara, investasi diperkirakan tumbuh sekitar 5,3%-5,4%yoy, untuk ekspor diperkirakan tumbuh sekitar 5-6% (YoY).

“Jadi secara keseluruhan PDB kuartal tiga diperkirakan sekitar 5,06% (YoY.) Dari sisi sektoral, sektor pertanian, manufaktur dan perdagangan masih menjadi pendorong/kontributor utama pertumbuhan ekonomi kuartal III,” jelas dia.

Peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira, memperkirakan ekonomi nasional pada kuartal III-2017 tumbuh 5,1%.

“Pertumbuhan ekonomi triwulan ke III diperkirakan akan tumbuh sebesar 5,1% (yoy),” kata Bhima.

Dia menjelaskan, motor pertumbuhan berasal dari belanja pemerintah yang bergeser dari triwulan II ke triwulan III. Untuk konsumsi rumah tangga diharapkan tumbuh stabil di level 5%.

“Motor pertumbuhan lainnya berasal dari komponen ekspor yang terdorong harga batu bara, minyak kelapa sawit, dan minyak mentah. Ekspor sampai akhir tahun diprediksi positif. Sementara Investasi masih belum menunjukkan taji karena realisasi masih tergolong lambat khususnya investasi PMA (Penanaman Modal Asing). Januari-September 2017 pertumbuhan realisasi PMA hanya 7,9% (yoy) berdasarkan data BKPM,” tambah dia.

Dia memprediksi pula jika perekonomian nasional sampai akhir tahun sebesar 5,1% atau masih di bawah target APBN-P yang sebesar 5,2%.

“Untuk mengejar pertumbuhan, kepastian kebijakan khususnya perpajakan harus kondusif sampai akhir tahun. Orang kaya harus didorong untuk mulai belanja lagi. Mereka punya uang tapi masih disimpan di perbankan. Ini salah satu faktornya karena pajak makin agresif,” ungkap Bhima.

Sumber: detik.com

Baca Juga

Muhammadiyah Ajak Waspadai Pengaruh Feminis Liberal yang Masif Pengaruhi Institusi Pendidikan

Deras.co.id – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir menyoroti liberalisasi yang …