Medan, Sihar Sitorus mengaku sudah legawa dengan hasil Pemilihan Gubernur Sumut 2018. Berdasarkan hasil sementara pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah unggul. “Saya dan keluarga mohon pamit untuk kembali ke Jakarta,” ujarnya, di Medan, Jumat (29/6) malam.
Sihar menyampaikan hal itu saat acara sederhana di rumahnya di Jalan Abdullah Lubis, Medan. Acara makan malam bersama itu dihadiri relawan Djarot-Sihar (DJOSS).
Sihar mengaku merasakan bagaimana seluruh tim telah bekerja maksimal. Meski mengalami kekalahan, dia mengaku tetap merasakan kemenangan. “Ada satu hal yang sudah kita menangkan. Ini suatu kemenangan dan kemenangan itu ada di diri kita semuanya,” ujarnya.
Bagi Sihar, menjadi kontestan Pilgub Sumut adalah pengalaman yang membuatnya cukup puas. Dia tidak ingin bersedih karena kekalahan yang dialami. “Saya tidak mau sedih karena hasil ini. Kami semua sekeluarga ingin melihat ini sebagai kekuatan yang luar biasa,” katanya pula.
Baca juga: DJOSS: Real Count Lebih Akurat, Quick Count Hanya Mengambil Sample
Dia menyebutkan, mungkin 20 tahun lagi semua mengingat kejadian ini dan bisa membawa rasa hangat untuk semua. Adapun yang pertama kali menyampaikan ucapan pamit adalah istri Sihar, Patricia boru Siahaan.
Patty, sapaan akrabnya, berterima kasih kepada seluruh pendukung yang selama ini bekerja untuk memenangkan Djarot-Sihar. “Kami mau pamit pulang. Kami datang dari Jakarta bersama pak Djarot dan keluarga,” katanya lagi.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengaku terkejut dengan perolehan suara pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus pada Pilkada Sumatra Utara (Sumut). Hasil hitung cepat menunjukkan pasangan yang diusung PDIP pada Pilkada Sumatra Utara itu tertinggal dari lawannya, Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah.
Hasto mengatakan, berdasarkan hasil hitung cepat, Djarot-Sihar mengantongi 42,93 persen suara, atau tertinggal dari lawannya yang memperoleh 57,07 persen. “Sumut hasilnya memang begitu mengejutkan,” kata Hasto saat ditemui di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta, Rabu (27/6).
Ia pun masih bertanya-tanya penyebab kekalahan Djarot-Sihar. “Apakah ini benar sebagai sebuah proses politik di mana pergeseran dari aspek suku, kemudian etnisitas, kemudian daerah asal itu atau tidak,” ujar dia.
Menurut Hasto, PDIP masih akan melakukan kajian terhadap hasil Pilkada Sumut untuk mengetahui apakah kekalahan ini karena politik identitas. Dia menambahkan, PDIP mengusung Djarot-Sihar pada pemilihan gubernur (pilgub) Sumut bukan dengan membeda-bedakan suku, etnis, dan golongan. “Kami mencalonkan Pak Djarot karena kami berbicara tentang Indonesia raya,” kata dia.
Sumber: antaranews.com