Saturday , April 20 2024
Beranda / Berita / 5000 Korban Warga Balaroa dan Petobo Masih Tertimbun Sejak Gempa Sulteng Terjadi
deras.co.id
Pencarian Jenazah Korban Gempa dan Tsunami di Balaroa(Foto: Antara/Muhammad Adimaja)

5000 Korban Warga Balaroa dan Petobo Masih Tertimbun Sejak Gempa Sulteng Terjadi

Sebanyak lima ribu warga di Balaroa dan Petobo kemungkinan belum ditemukan sejak gempa dan tsunami yang terjadi di Sulawesi Tengah (Sulteng). Data ini didapatkan dari kepala desa di Balaroa dan Petobo.

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, untuk wilayah Balaroa yang terdampak tanah amblas sebanyak 165 orang ditemukan meninggal dunia.

Adapun perkiraan jumlah bangunan yang rusak mencapai 1.471 unit dengan luas area yang terdampak seluas 47,8 hektare.

“Ada lima unit alat berat yang digunakan dan kondisi di sana sulit dilakukan evakuasi lantaran tanah yang naik dan turun menghancurkan rumah, dan jalanan yang ada,” kata Sutopo di Graha BNPB, Jalan Pramuka, Jakarta Timur, Selasa, 9 Oktober 2018.

Untuk wilayah Petobo yang terdampak likuifaksi, tercatat 120 orang meninggal dunia dan 2.050 unit rumah rusak. Luas area yang terdampak seluas 180 hektare. Sebanyak tujuh unit alat berat sedang dikerahkan.

Dari laporan kepala desa kedua tempat tersebut, kata Sutopo, masih ada lima ribu warga yang belum ditemukan. Namun, ia belum bisa memastikan apakah angka tersebut sudah terkonfirmasi.

“Ada lima ribu warga di Petobo dan Balaroa yang belum ditemukan. Tapi kami belum bisa konfirmasi apakah para warga sudah meninggal, atau meninggalkan wilayah tersebut,” katanya.

Untuk wilayah Jono Oge, Sigi, yang juga terdampak likuifaksi, sebanyak 33 orang yang berhasil dievakuasi dengan rincian 31 orang selamat, dan dua orang meninggal dunia.

Akibat likuifaksi tersebut, empat desa terdampak parah. Diantaranya dua desa, yakni desa Jono Oge dan Mappanau, bergeser.

“Jumlah kemungkinan bangunan rusak sebanyak 366 unit dan kemungkinan rusak 168 unit. Luas area yang terdampak mencapai 202 hektare,” kata Sutopo.

Untuk proses evakuasi di Jono Oge, Sutopo menyatakan dibutuhkan enam unit eskavator ampihibi karena wilayah yang masih berlumpur. Banyak rumah yang sudah tertutup dengan lumpur.

“Kondisi di Desa Jono Oge tanah belum stabil, dan sudah mulai ada tanah yang mengering. Namun banyak juga bagian tanah yang masih basah,” lanjut dia.

Sumber: viva.co.id

Baca Juga

deras.co.id

Baru Diperbaiki, Plafon Gedung DPRD Medan Bocor

DERAS.CO.ID – Medan – Baru beberapa bulan diperbaiki dan diganti, plafon gedung DPRD Medan lantai …