Thursday , March 28 2024
Beranda / Featured / Utang PLN Membengkak, Apa yang Bisa Dibanggakan Dari PLN???
deras.co.id

Utang PLN Membengkak, Apa yang Bisa Dibanggakan Dari PLN???

Jakarta – PLN mengatakan dalam 5 tahun terakhir perusahaan mencatatkan utang hingga mencapai Rp 500 Triliun. Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan utang tersebut digunakan untuk pembangunan infrastruktur kelistrikan seperti pengerjaan proyek 35 ribu mega watt. CNBC Indonesia

Sebagai perusahaan negara, apa yang kita pikirkan saat nama PLN di ucapkan?

Jujur ya, sebagai rakyat yang sejatinya pemilik PLN, yang terlintas justru yang negatif tentang perusahaan ini. Perusahaan yang parah karena terus rugi, suka matiin listrik seenaknya, suka naikin bayaran rekening tanpa bisa ditanya.

Bicara PLN dengan kerugian dan terus bertambahnya utang mereka seperti tidak masuk akal bagi kita orang awam.

Yang dijual PLN adalah aliran LISTRIK dimana mereka yang memonopolinya. Dengan tarif dan besaran per KWH sudah mereka hitung diamana ada modal dan ada keuntungan yang mereka dapatkan. Apabila ada tarif subsidi, itu pun dibayar oleh pemerintah besarannya. Otomatis tidak ada FREE atas aliran listrik yang mereka alirkan ke masyarakat.

Termasuk lampu penerang jalan, itu pun dikenakan biaya oleh PLN yang bebannya masuk ketagihan pemerintah daerah.

Jika tidak membayar tagihan, sanksinya pun jelas. Pemutusan aliran listrik saat itu juga. Jadi ketika mereka rugi dan menyatakan beban utang perusahaan terus membesar, dalam benak saya sebagai rakyat biasa bertanya.

“Bagaimana sebenarnya hitungan rugi itu didapat, ketika pembayaran tarif dan juga sanksi mereka berlakukan pada masyarakat?

Yang dijual PLN bukan produk yang ada saingannya, seperti merk shampo  dimana ada kompetitor di pasaran. Ketika konsumen memilih merk lain, maka PLN akan merugi karena prodaknya tidak ada yang beli. prodak mereka selalu dibeli masyarakat dan dibayar sesuai tanggalnya karena takut dengan sanksi keterlambatan.

kok bisa rugi?

Dalam beberapa tahun terakhir, sejak era jokowi memimpin, pertambahan utang PLN terus naik setiap tahunnya. Pertahun naik 100 triliun, hingga sekarang mencapai 500 Triliun. Dengan aset senilai 1300 Triliun, beban utang ini bukanlah hal yang sepele. Bisa dikatakan PLN diambang kebangkrutan.

Padahal, menurut laporan tahun kemarin PLN membukukan pendapatan sampai 200 Triliun, namun ada beban usaha yang melebihi pendapatannya yang mengakibatkan ada kerugian 23 Triliun.

Lagi-lagi saya tidak mengerti, gimana bisa ada beban usaha yang timbul ketika mengumumkan laba bersih. Dari surplus, jadi minus. Menutupi minus ini dengan utang lagi.

Ada yang bilang, pembangunanan jaringan listrik dan juga pembangkitnya menyebabkan membengkaknya utang PLN. Hal ini juga yang membahayakan kacaunya perhitungan rugi laba saat utang dengan dengan mata uang asing, harus mengalami kenaikan ketika nilai rupiah harus tegerus turun.

Kembali kepemikiran orang awam tadi, ketika kita berhutang pastinya sudah memikirkan kesanggupan untuk membayar. Membayar dari pemasukan yang saat ini ada. Ada rentang waktu yang dihitung, ada nilai kesanggupan yang dijabarkan, ada besaran yang jadi kesimpulan ketika hutang akan diambil.

Jadi aneh saat proses hutang berjalan, PLN mengalami kesusahan untuk membayarnya. Apalagi, harus gali lobang tutup lobang buat bayar hutang yang jatuh tempo. Ada kesalahan manajemen yang menyebabkan laporan keuangan mereka jebol sendiri.

Rizal Ramli sudah mengingatkan bahwa proyek yang memakan biaya besar sebenarnya belum perlu dilakukan. Tapi PLN dan pemerintah kala itu abai mendengar masuk Rizal Ramli atau yang sering disapa RR

Logika simpelnya, jika ada rencana didepan namun pembukuan keuangan saat ini tidak mampu untuk membayarnya, mengapa harus memaksa melakukan hutang?

Jangan sampai beban hutang itu dijadikan alasan untuk menaikkan TDL agar permasalahan PLN ini bisa dianggap selesai.

Ujung-ujungnya, yang jadi korban rakyat lagi. Karena kesalahan manajemen, malah rakyat yang dikorbankan.

Beredarnya laporan kerugian dan peningkatan hutang PLN saat ini bikin ngeri, karena dipastikan akan ada kenaikan TDL kedepannya.

Sudah biasa BUMN berkeluh kesah dimedia berita, lalu dipanggil DPR untuk dengar pendapat. Disitu mereka meratap dan membuat bayang-bayang akan bangkrut. Lalu mereka meminta suntikan dana ke pemerintah. Pemerintah yang mengambil opsi, jika dana itu terlalu besar maka pilihannya menaikkan TDL.

Seperti BPJS kesehatan, seperti Pertamina.

Dan pasti itu akan terjadi dalam beberapa bulan kedepan buat naikin TDL

(By Iwan Balaoe)

 

Baca Juga

deras.co.id

Satnarkoba Polres Sergai Ringkus Seorang Residivis Terduga Pengedar Sabu Di Silinda

DERAS.CO.ID – Sergai – Tim Opsnal Satnarkoba Polres Serdangbedagai (Sergai) berhasil meringkus seorang residivis berinisial …