Thursday , March 28 2024
Beranda / Ekonomi / Konflik Rusia-Ukraina Dorong Kenaikan Harga Minyak Mentah Tembus US$105 Per Barel

Konflik Rusia-Ukraina Dorong Kenaikan Harga Minyak Mentah Tembus US$105 Per Barel

DERAS.CO.ID – Harga minyak dunia tembus US$105 per barel dalam sesi puncak pada akhir perdagangan Kamis (24/2/2022) waktu AS, setelah Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina. Harga minyak menembus level tertinggi pertama kalinya sejak 2014 silam.

Saat ini minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bersandar di posisi US$99,08 per barel atau naik 2,3 persen.

Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Maret tumbuh tipis 0,8 persen menjadi US$92,81 per barel setelah menyentuh puncak tertingginya di US$100,54 per barel.

Diketahui, Rusia melancarkan serangan militer ke Ukraina melalui jalur darat, laut, dan udara. Ini merupakan serangan terbesar satu negara terhadap negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II.

Presiden AS Joe Biden menerbitkan sanksi baru yang keras terhadap Rusia, yakni menghambat bisnis dalam mata uang utama dunia, termasuk sanksi terhadap bank dan BUMN Rusia.

Inggris tak ketinggalan. PM Inggris Boris Johnson menegaskan bahwa negara Barat harus mengakhiri ketergantungannya pada minyak dan gas Rusia.

Inggris juga menargetkan bank-bank Rusia, anggota lingkaran dalam Presiden Rusia Vladimir Putin dan orang-orang sangat kaya Rusia yang menikmati kemewahan di London.

Harga minyak mulai terkendali setelah Biden meminta AS bekerja sama dengan negara lain dalam melepas cadangan minyak mentah untuk menambah pasokan.

Analis Price Futures Group di Chicago Phil Flynn mengakui pelepasan cadangan minyak mentah dari sejumlah negara memang memiliki dampak psikologis. Tetapi, ia mempertanyakan dampak nyatanya dalam beberapa waktu ke depan.

Apalagi, Analis UBS Giovanni Staunovo mengingatkan Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga dan merupakan eksportir terbesar kedua di dunia. “Pasar minyak global tidak akan mampu menanggung gangguan pasokan yang besar,” jelasnya.

Bahkan, Rusia juga penyedia gas alam terbesar ke Eropa, dengan pasokan 35 persen dari total pasokan gas alam dunia.

China ikut angkat suara. Negeri Tirai Bambu ini khawatir konflik Rusia Ukraina berdampak besar terhadap stabilitas pasar energi. “Semua negara harus bertanggungjawab untuk menjaga keamanan energi global”, tutur Juru Bicara Kemenlu China.

Di AS, persediaan minyak mentah komersial naik 4,5 juta barel pekan lalu menjadi 416 juta barel. Angkanya jauh lebih tinggi dari ekspektasi analis, yakni 400 ribu barel. Namun, minyak mentah cadangan (SPR) AS turun 2,4 juta barel menjadi 582,4 juta barel. Terendah sejak 2002 silam.

Secara keseluruhan, pasokan minyak tetap ketat karena permintaan mulai pulih dari posisi terendah saat pandemi covid-19.

Analis memperkirakan minyak mentah berjangka Brent akan tetap berada di level US$105 per barel sampai pasokan alternatif yang cukup besar tersedia. Analis juga memperingatkan tekanan inflasi pada ekonomi global karena kenaikan harga minyak, terutama untuk Asia yang mengimpor sebagian besar kebutuhan energinya.

“Kelemahan Asia tetap merupakan kebutuhan impor energi yang besar. Dengan lonjakan harga minyak, pasti akan mengurangi pendapatan dan pertumbuhan selama setahun ke depan”, kata Ekonom HSBC Frederic Neumann.

(*)

Baca Juga

deras.co.id

Satnarkoba Polres Sergai Ringkus Seorang Residivis Terduga Pengedar Sabu Di Silinda

DERAS.CO.ID – Sergai – Tim Opsnal Satnarkoba Polres Serdangbedagai (Sergai) berhasil meringkus seorang residivis berinisial …