Friday , March 29 2024
Beranda / Ekonomi / Perbandingan Jaman SBY Dan Jokowi, Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Tertinggi

Perbandingan Jaman SBY Dan Jokowi, Cadangan Devisa Indonesia Meningkat Tertinggi

DERAS.CO.ID – Cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2021 mencapai posisi tertinggi sepanjang sejarah. Tercatat pada akhir Agustus 2021 cadangan devisa kita sebesar 144,8 miliar dolar AS. Angka cadangan ini meningkat dibandingkan posisi pada bulan Juli 2021 sebesar 137,3 miliar dolar AS. Angka ini melebihi standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Posisi cadangan devisa saat ini mencukupi pembiayaan 9,1 bulan impor atau 8,7 bulan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah. Data posisi cadangan devisa pada tahun 2018 hingga 2020 berada dibawah posisi cadangan devisa bulan Agustus 2021.

Posisi cadangan devisa 2018-2020

Sumber : Bank Indonesia

Posisi cadang devisa yang meningkat ini terutama disebabkan oleh alokasi Special Drawing Rights (SDR) dari International Monetary Fund (IMF) sebesar 4,46 miliar SDR atau setara dengan 6,31 miliar dolar AS. Dimana nilai SDR per 1 Juli 2021 adalah 0.702283 SDR per dolar AS. Special Drawing Rights (SDR) bukan tercatat sebagai hutang, diberikan tanpa ada beban bunga dan bersifat reserve. Dewan Gubernur IMF telah menyetujui alokasi umum SDR setara dengan 650 miliar dolar AS (sekitar 456 miliar SDR) pada tanggal 2 Agustus 2021, untuk meningkatkan likuiditas global.

Posisi Cadangan Devisa Indonesia 1996-2021

Sumber : Bank Indonesia

SBY:

– Tahun 2004, cadangan devisa RI sekitar 39 miliar USD, ini saat SBY baru dilantik  sebagai presiden RI.

– Tahun 2004 cadangan devisa RI naik menjadi 100 miliar USD.

– Itu berarti 10 tahun SBY berkuasa rasio cadangan devisa RI meningkat sebesar 150%

Jokowi:

– Tahun 2014, cadangan devisa RI 100 miliar USD, ini tahun dimana Jokowi naik tahta sebagai presiden.

– Tahun 2022, cadangan devisa RI 140 miliar USD.

– Itu berarti 8 tahun Jokowi berkuasa rasio cadangan devisa RI cuma meningkat sebesar 40%

Menurut Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, ini adalah keputusan bersejarah dan merupakan alokasi SDR terbesar dalam sejarah IMF. Ia mengatakan “This is a historic decisionthe largest SDR allocation in the history of the IMF and a shot in the arm for the global economy at a time of unprecedented crisis”.

Alokasi SDR akan menguntungkan semua anggota, mengatasi kebutuhan jangka panjang secara global akan cadangan, membangun kepercayaan, dan mendorong ketahanan dan stabilitas ekonomi global. Ini terutama akan membantu negara-negara yang paling rentan saat berjuang untuk mengatasi dampak krisis COVID-19.

Tahun ini negara-negara anggota IMF mendapatkan alokasi SDR secara proposional tanpa biaya. IMF bertujuan untuk memperkuat ketahanan dan stabilitas ekonomi global terhadap dampak pandemi Covid-19. Selain itu cadangan devisa global diperkuat dan kepercayaan pelaku ekonomi dibangun.

Kondisi ini memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi yang berdampak positif bagi dunia usaha. Bagi dunia usaha, yang jelas kemampuan untuk impor telah meningkat hingga 9 kali membuat keyakinan bahwa bisa melakukan impor tanpa kenaikan kurs Rupiah. Tambahan cadangan devisa membuat Indonesia berkelimpahan cadangan devisa.

Cadangan devisa yang kuat ini juga menjadi buffer sekiranya terjadi gejolak di pasar keuangan khususnya nilai tukar, terkait dengan kebijakan tappering dari the Fed yang kemungkinan akan dilanjutkan dengan kebijakan kenaikan suku bunga.

Tetapi kalau kita lihat ekspor dan investasi, tahun 2020 cenderung menurun. Jadi memang peningkatan cadangan devisa di tahun lalu lebih didorong oleh penerbitan global bond atau obligasi global oleh pemerintah Indonesia dalam rangka memberikan stimulus untuk menutup defisit APBN. Tahun 2020 kinerja ekspor cenderung menurun berkaitan dengan situasi perlambatan ekonomi global, juga harga minyak mentah yang turun.

Tahun 2021 kondisinya mulai berubah dimana ekonomi global cenderung pulih. Terindikasi dari PMI manufaktur yang meningkat, harga komoditas global, seperti batubara, kelapa sawit, karet alam, minyak mentah dan logam dasar trendnya terus meningkat.

Meskipun sumbangsih terhadap devisa beberapa sektor mengalami penurunan, khususnya pariwisata. Namun kondisi penerimaan devisa tetap terjaga karena kontribusi pertambangan, manufaktur.

Realisasi investasi penanaman modal asing dilaporkan oleh BKPM cukup baik FDI maupun portfolio di pasar modalnya. Secara keseluruhan cadangan devisa ini menjadi dukungan ataupun buffer untuk memitigasi bila terjadi gejolak di pasar keuangan. Cadangan devisa adalah firstline of defense dari Bank Indonesia.

Meningkatkan Ekspor Indonesia

Untuk meningkatkan cadangan devisa salah satu sumber yang dapat dikembangkan adalah meningkatkan ekspor, khususnya ekspor non migas. Perkembangan neraca perdagangan Republik Indonesia terlihat baik, neraca perdagangan bulan Juli 2021 mengalami surplus pada angka 2,58 miliar dolar Amerika. Akumulasi dari Januari, surplus sebesar 14,41 miliar dolar Amerika, nilai ekspor Indonesia lebih besar dari nilai impor surplus.

Angka ini adalah angka tertinggi sejak 10 tahun terakhir. Di sepanjang tahun 2020 Indonesia juga mengalami surplus berturut-turut selama 12 bulan pada angka 20,7 miliar dolar Amerika.

Sumber: BPS

Tahun 2021 diharapkan akan lebih tinggi karena baru 7 bulan pertama sudah surplus sebesar 14,41 miliar dolar Amerika. Ini adalah hasil kerja keras seluruh komponen dalam perdagangan Indonesia, tidak hanya Kementrian Perdagangan namun juga para pedagang, para eksportir, asosiasi dan seluruh stakeholder yang bekerja keras untuk mencetak neraca perdagangan yang surplus.

Perbandingan Ekspor – Impor Indonesia Juli 2020 – Juli 2021

Sumber: BPS

Kementrian perdagangan telah memiliki atase perdagangan yang bisa dimanfaatkan dan juga Indonesia Trade Centre (ITC) yang tersebar di 33 perwakilan di 40 negara. ITC bertugas melakukan business matching kepada para pelaku, para buyer dan seller. Mereka adalah ujung tombak perdagangan Indonesia, mereka melihat produk-produk yang potensial di seluruh Indonesia.

Kemudian memasarkan dan melakukan business matching dengan para pelaku di luar negeri. Mereka sangat bersemangat tentunya memberikan perhatian khusus, sesuai arahan Presiden adalah menekankan diplomasi ekonomi yang ditekankan melalui perwakilan Indonesia ini baik di KBRI maupun KJRI. Kordinasi juga dilakukan lintas kementrian dan lembaga seperti kementrian luar negeri.

Kementrian perdagangan juga memiliki balai latihan ekspor atau nama lengkapnya Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (BB PPEI) Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (DJ PEN) Kementerian Perdagangan. Balai ini memberikan coaching, pelatihan, pendampingan, pelatihan, asistensi yang sangat bermanfaat bagi para pelaku perdagangan, yang ingin melakukan ekspor ke manca negara.

Tidak hanya untuk makanan olahan tapi juga untuk produk-produk lain, khususnya ini untuk para pelaku UMKM. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan ekspor, yang akan membanggakan Indonesia.

Bangga Buatan Indonesia

Pemerintah juga mencanangkan gerakan mencintai produk Indonesia, khususnya produk-produk buatan UMKM berkualitas ekspor. Dalam lamannya ditulis bagaimana visi gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI). BanggaBuatanIndonesia merupakan gerakan nasional berbentuk gotong royong dari UMKM untuk UMKM Indonesia.

UMKM Indonesia yang terbukti tahan krisis ekonomi sejak 1998, kini paling terdampak pandemic COVID-19. Perkembangan teknologi internet dan imbauan social distancing selama pandemi menegaskan bahwa merambah perdagangan online menjadi cara paling efektif bertahan dan meraih penjualan maksimal ke depannya.

Pelaku UMKM, marketplace, pemerintah, dan seluruh masyarakat Indonesia diharapkan terlibat dalam gerakan nasional untuk mencapai hasil yang diharapkan. Konsumen diharapkan lebih memilih barang-barang buatan dalam negeri, terlebih produk UMKM. Termasuk pemerintah yang akan mengutamakan produk UMKM untuk pengadaannya. UMKM dan ekonomi Indonesia akan berjaya di negeri sendiri.

Perjanjian Dagang Indonesia

Indonesia juga memiliki perjanjian dagang dengan negara-negara di dunia yang memberikan keuntungan dalam perdagangan Indonesia. Terdapat 23 perjanjian perdagangan di Indonesia dengan negara-negara di dunia yang sudah masuk dalam tahap signing, ratifikasi, atau implementasi.

Sumber: Kemendag 2021

Sebagai contoh salah satu perjanjian dagang Indonesia –Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Salah satu benefit yang didapatkan oleh Indonesia adalah hampir sekitar 7.000 produk Indonesia masuk Australia dengan zero tariff. Hal ini berarti memberikan kemudahan, efisiensi, dan para eksportir Indonesia juga semakin termotivasi dan dorongan untuk semakin melakukan ekspor produk ke Australia. Contoh lain juga adalah Indonesia – Hongkong Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) yang jumlahnya hingga hampir 5.000 produk Indonesia masuk Hongkong dengan zero tariff.

Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional – Regional Comprehensive Economic Partnership, (RCEP) adalah rencana perjanjian perdagangan bebas yang melibatkan sepuluh negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) (Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam) dan lima negara mitranya (Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru). Ini menunjukan betapa menariknya kawasan Asia Tenggara itu. Asia Tenggara memiliki potensi, peluang dan pasar untuk investasi, perdagangan dan lainnya.

Dimana Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara, jumlah penduduk yang terbesar, PDB Perkapitanya juga bertumbuh, memiliki sumber daya yang besar, membuat Indonesia menjadi pasar yang menarik. Posisi Indonesia di Asia Tenggara bisa menjadi batu loncatan untuk Indonesia berkembang ke negara-negara Asia lainnya. Terlihat pada 23 perjanjian perdagangan juga perjanjian yang bisa dimanfaatkan untuk Indonesia masuk kepada negara-negara lainnya.

Pada bulan April 2021 lalu sudah resmi juga Indonesia membuat persetujuan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) antara Republik Indonesia dan negara-negara European Free Trade Association (EFTA) European Free Trade Association (EFTA) dengan anggotanya Islandia, Liechtenstein, Norwegia dan Swiss serta negara mitranya. Perjanjian ini strategis bagi Indonesia khususnya dalam hal perdagangan kelapa sawit di Eropa.

Swiss sebagai salah satu negara EFTA yang menolak kelapa sawit Indonesia melalui referendum telah menerima kelapa sawit Indonesia. Ini membuat pesan bagi Uni Eropa bahwa kelapa sawit Indonesia dapat diterima dan hal ini menggembirakan bagi Indonesia bahwa produk Indonesia itu dapat diterima untuk dipakai negara-negara Eropa.

Hilirisasi akan meningkatkan ekspor sebagai sumber cadangan devisa

Meningkatnya cadangan devisa yang tren nya bergerak naik selama tahun 2021 sejak Januari hingga Agustus disebabkan kepercayaan internasional yang tercermin pada beberapa peristiwa, penerbitan global bond, penarikan peminjaman luar negeri pemerintah, alokasi Special Drawing Rights (SDR) dari IMF, peningkatan ekspor serta penerimaan pajak dan jasa.

Kedepan kepercayaan internasional kepada Indonesia menjadi peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan devisa melalui ekspor. Peningkat devisa ini bisa dilakukan melalui peningkatan kontribusi ekspor terhadap PDB melalui proses hilirisasi. Indonesia pada tahun 2020 memiliki nilai ekspor terhadap PDB sebesar 17,2%.

Indonesia perlu mengejar nilai ekspor berkaca dari negara maju, seperti Korea Selatan misalnya, yang nilai ekspornya sebesar 36,9% dari PDB. Struktur ekspor Indonesia saat ini tertinggi masih pada sumber daya alam sedangkan Korea Selatan didominasi produk olahan seperti electronic equipment.

Indonesia saat ini sudah pada arah yang tepat menuju negara maju dengan melakukan hilirisasi diberbagai sektor. Kebijakan smelter yang diterapkan pemerintah saat ini merupakan kebijakan yang tepat dan memberikan value added pada produk Indonesia. Hal ini juga akan menciptakan lapangan kerja baru, yang saat ini didukung dengan percepatan implementasi Undang-Undang Cipta Kerja oleh pemerintah.

Sebagai contoh model hilirisasi sedang terjadi pada industri otomotif Indonesia, dimana permintaan untuk Electric Vehicle (EV) secara global diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai sekitar 55 juta EV pada tahun 2040. Pertumbuhan ini mendorong pada peningkatan kebutuhan batteries lithium ion (LIB).

Diperkirakan pada tahun 2030 akan ada kapasitas lebih dari 500 gwh untuk electric vehicle (EV). Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia sebesar 21 juta ton atau 30% di dunia. Indonesia memiliki posisi strategis untuk menjadi pemain industri baterai Lithium di dunia.

Saat ini ada sembilan perusahaan yang mendukung industri baterai, 5 perusahaan penyedia bahan baku baterai terdiri dari nickel murni. 4 perusahaan adalah produsen baterai.

Dengan demikian Indonesia siap untuk pembuatan electric vehicle mulai dari Pengembangan Industri Beterai dibagi menjadi industri perakitan baterai, produksi baterai cell, pembuatan baterai manajemen sistem (BMS), penambangan bahan baku baterai (baterry material) dan sampai dengan daur ulang baterai (end of life/ recycling), sehingga pada akhirnya Indonesia akan memiliki industri baterai terintegrasi.

Kita optimis bahwa berbagai kebijakan untuk pemulihan ekonomi akan membuat ekonomi Indonesia tetap stabil dan terjaga disertai dengan cadangan devisa yang meningkat tertinggi.

(sumber: vibiznews)

Baca Juga

deras.co.id

Satnarkoba Polres Sergai Ringkus Seorang Residivis Terduga Pengedar Sabu Di Silinda

DERAS.CO.ID – Sergai – Tim Opsnal Satnarkoba Polres Serdangbedagai (Sergai) berhasil meringkus seorang residivis berinisial …