Monday , September 16 2024
Beranda / Edukasi / Apa Rahasia Orang Gaza Memiliki Ketahanan Mental yang Luar Biasa

Apa Rahasia Orang Gaza Memiliki Ketahanan Mental yang Luar Biasa

Deras.co.id – Dalam sepuluh bulan terakhir, banyak orang kafir Barat yang kagum dengan ketabahan mental, ketahanan, dan iman yang kuat yang ditunjukkan oleh saudara-saudari kita di Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

Tidak sedikit orang-orang kafir memesan dan mencari Al-Quran dalam bahasa Inggris untuk memahami apa yang terus membuat orang-orang Palestina ini begitu kuat dalam menghadapi genosida yang sedang berlangsung di tangan kaum apartheid “Israel”.

Dalam artikel ini, insyaAllah, kita akan melihat pola pikir yang dipengaruhi oleh Al-Quran dan Sunnah, terutama yang berkorelasi dengan orang-orang Palestina yang menunjukkan tingkat ketabahan mental yang patut dicontoh.

Hasbun Allāhu wa Ni’mal Wakīl  ( حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ )

Anda mungkin telah menyaksikan dan mendengar dari video banyak warga Gaza Palestina — saat mereka menyaksikan jenazah anggota keluarga atau warga Palestina lainnya setelah pemboman penjajah— berulang kali mengatakan; حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ atau “Hasbun Allāhu wa Ni’mal Wakīl”.

Mengapa mereka mengucapkan kalimat seperti itu? Nah, itu ada dalam Al-Quran.

Allah mengilhami kita untuk memiliki ketabahan mental dan iman yang kuat dengan menggambarkan kepada kita bagaimana Nabi Shallallahu alaihi wasalam dan para Sahabat bereaksi ketika musuh-musuh mereka mengancam mereka.

Musuh-musuh mereka berkata kepada mereka;

“اَلَّذِيۡنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ قَدۡ جَمَعُوۡا لَـكُمۡ فَاخۡشَوۡهُمۡ فَزَادَهُمۡ اِيۡمَانًا  ۖ وَّقَالُوۡا حَسۡبُنَا اللّٰهُ وَنِعۡمَ الۡوَكِيۡلُ‏ ١٧٣

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS: Ali Imran: 173)

Alih-alih takut kepada mereka, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam dan para Sahabat justru semakin meningkatkan keimanan dan menunjukkan tekad mental. Mereka bilang; حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ

“Cukuplah Allah bagi kami, dan Dialah sebaik-baik Pemberi urusan.” (QS: Ali Imran: 173)

dan Allah melanjutkan,

فَانْقَلَبُوۡا بِنِعۡمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ وَفَضۡلٍ لَّمۡ يَمۡسَسۡهُمۡ سُوۡٓءٌ ۙ وَّاتَّبَعُوۡا رِضۡوَانَ اللّٰهِ ؕ وَاللّٰهُ ذُوۡ فَضۡلٍ عَظِيۡمٍ‏

“Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridaan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS: Ali Imran: 173)

Bahkan jauh sebelum Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam, tepatnya pada masa Nabi Ibrahim (ʿalayhi al-Salām) ketika kaum musyrik melemparkan beliau ke dalam api, beliau pun menunjukkan keteguhan hati, dengan mengucapkan kalimat di atas.

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (Hasbunallah Wanikmal Wakil)

Karena keimanan kepada Allah yang ditegaskan oleh beliau dengan sabdanya di atas, maka Allah memerintahkan

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

“Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS: Al-Abniya: 69)

Hasilnya, Nabi Ibrāhīm (ʿalayhi al-Salām) keluar hidup-hidup tanpa sedikitpun mengalami luka bakar.

Pandangan positif

Ajaran Islam lainnya yang ditanamkan kepada umat beriman adalah kualitas berpikir baik tentang Allah Swt selama menghadapi masa-masa sulit.

Kualitas Muslim — yang ditunjukkan secara konsisten selama masa-masa sulit oleh orang-orang beriman — menghasilkan peningkatan keteguhan mental mereka dalam jangka panjang.

Kita mempelajari kualitas model ini dari hadits dimana Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam bersabda;

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin, karena pada setiap urusan ada kebaikan baginya, dan yang demikian itu tidak terjadi kecuali pada orang mukmin. Jika ia senang, maka ia bersyukur kepada Allah, maka itu kebaikan baginya. Jika ia tertimpa musibah, maka ia bersabar, maka itu kebaikan baginya.” (HR: Muslim)

Untuk menjelaskan lebih lanjut, khususnya bagi para jamaah non-mukmin (nonis), bahwa di kala mendapatkan nikmat, orang-orang mukmin selalu mengucap syukur kepada Allah. Mereka pun mendapat pahala di akhirat dan di dunia, misalnya bertambah nikmat dan rezeki.

Begitu pula ketika mereka bersabar terhadap takdir Allah, mereka akan mendapatkan pahala di dunia. Dengan cepat bangkit dari keterpurukan, membuat kekuatan mental mereka bertambah.

Pada saat yang sama, mereka mendapatkan pahala di akhirat. Hal itu karena mereka adalah orang-orang yang beriman. Mereka bersabar, tekun, dan bersyukur, yang sejatinya karena Allah, bukan semata-mata untuk meraih keuntungan duniawi.

Optimisme besar

Seorang yang mati syahid memiliki kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah. Para syuhada juga memiliki tingkatan yang berbeda-beda.

Allah telah memberikan kita urutan tingkatan di sisi-Nya, yang sesuai dengan tingkatan mereka di Jannah (surga). Allah berfirman;

وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ فَاُولٰۤىِٕكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاۤءِ وَالصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰۤىِٕكَ رَفِيْقًا

“Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS: an-Nisa’: 69)

Sebagaimana Anda lihat, tingkatan para nabi berada di urutan pertama. Ini adalah tingkatan tertinggi yang tidak dapat dicapai oleh siapa pun di antara kita.

Para syuhada berada di urutan ketiga. Dan tidak semua orang juga bisa masuk dalam tingkatan ini.

Warga Gaza Palestina yang tidak berdosa –mulai wanita, orang tua, bahkan sejumlah anak-anak— secara umumnya menyadari betapa mulianya status sebagai orang yang mati syahid (mencapai syuhada), minimal ketika dihadapkan pada teror bom yang terus menerus.

Kesadaran akan kedudukan syuhada di akhirat inilah yang memotivasi mereka agar tetap kuat, bermental tangguh, dan meraih taraf optimisme yang agung, yang tidak dimiliki manusia di manapun di dunia.

Optimisme dan harapan seperti itu menghasilkan tingkat ketahanan yang luar biasa. Sebagai catatan, kondisi mereka sudah terlatih hampir 76 tahun lamanya.

Mental Resilience

Ketua Asosiasi Psikiatri Yordania dan pakar utama dalam kedokteran jiwa serta pengobatan kecanduan, Dr. Alaa Al-Faroukh mengatakan, tidak semua orang yang mengalami situasi sulit akan mengalami gangguan pasca trauma, dan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi hal ini adalah apa yang dimiliki seseorang yang disebut sebagai ketahanan mental atau ketahanan psikologis (mental resilience).

“Berdasarkan pengamatan dan data dari berita dan rekan-rekan yang bekerja dengan warga Gaza, warga Gaza memiliki tingkat ketahanan mental yang sangat tinggi dan belum pernah terjadi sebelumnya di dunia. Bahkan, beberapa korban yang kehilangan anggota keluarga atau rumah mereka dalam perang tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan pasca trauma sama sekali, malah mereka terlihat memiliki ketahanan mental yang sangat tinggi,” kata Dr. Al-Faroukh, dikutip dari Aljazeera.

Dia juga menyebutkan bahwa salah satu pendekatan terapi psikologis yang diakui secara global disebut terapi transcendent atau terapi makna. Pendekatan ini berpendapat bahwa orang kadang-kadang bisa melewati masalah material atau psikologis mereka dengan mengangkat pandangan mereka menuju tujuan yang sangat tinggi dan nilai besar yang mereka yakini, sehingga mereka tidak merasa menyesal atau kesakitan atas kondisi material dalam hidup, karena mereka memiliki tujuan yang jauh lebih mulia membuat pengorbanan mereka menjadi sesuatu yang dapat diterima.

Hal ini sangat jelas di kalangan rakyat Palestina dan warga Gaza, karena mereka adalah pemegang kasus yang sangat meyakini keadilan mutlak. Mereka memiliki tingkat keyakinan yang tinggi terhadap kasus mereka dan yakin bahwa kasus ini layak mendapat semua pengorbanan ini.

Mental Al-Quran

Para pengusaha sukses, multijutawan, dan miliarder banyak berbicara tentang berbagai komponen yang membangun ketabahan mental dalam diri seseorang. Menurut mereka, pentingnya hal tersebut dalam mencapai kesuksesan dengan cepat.

Lebih jauh lagi, sudah diketahui secara luas bahwa mereka yang menjadi juara atau memperoleh kesuksesan duniawi yang besar harus mengatasi kondisi-kondisi terendah, dan kegagalan atau kesalahan yang mengakibatkan hilangnya jutaan dollar.

Tetapi mereka memiliki kegigihan mental yang luar biasa yang merupakan faktor inti di balik kesuksesan duniawi mereka!

Sebagai perbandingan, tingkat ketangguhan mental yang dikembangkan seseorang dengan mengadopsi pola pikir berdasarkan Al-Quran dan Sunnah, membawa kekuatan mereka ke tingkat lain — tingkat yang terhubung dengan akhirat.

Mereka menjelma menjadi insan yang ikhlas, yang tujuan-tujuan luhur kehidupan dunianya merupakan sarana untuk meraih kebahagiaan abadi di kehidupan selanjutnya. Berbeda terbalik dengan tujuan hidup orang kafir.

Akibatnya, derajat kekuatan mental mereka menjadi lebih tinggi daripada orang yang tidak beriman kepada Allah, karena adanya berkah dari Allah karena mereka bersandar kepada-Nya.

*

Baca Juga

Srikandi Brimob Competition 2024 Selesai, Berikut Daftar Para Juaranya

Memperingati Hari Jadi Polisi Wanita Ke-76 Tahun 2024, Polwan Korps Brimob Polri telah selesai menggelar …