Deras.co.id – Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan pada hari Minggu bahwa dunia Barat perlu berhenti mencoba mengendalikan media internasional hanya demi menyoroti “narasi yang tidak akurat” tentang pembantaian di Gaza.
Saat meresmikan Konferensi Masjid se-Malaysia untuk Al-Aqsa dan Palestina di Kuala Lumpur, ia menekankan bahwa Barat tidak perlu mengajari dunia Muslim tentang “makna demokrasi, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan,” seperti yang dilaporkan Bernama pada Senin (26/08/2024).
Sekitar 700 perwakilan masjid dan LSM, duta besar asing, akademisi, dan pengamat dari beberapa negara menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh Dewan Konsultatif Organisasi Islam Malaysia.
Negara-negara Barat, lanjut Anwar, juga perlu mengoreksi narasi dan mengakui bahwa pergolakan di Palestina dimulai pada tahun 1948 dan telah berlangsung sejak saat itu, dan bukan karena serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu.
“Kita harus jelas dan tidak bisa didikte oleh negara-negara Barat yang ingin memulai narasi pada tanggal 7 Oktober,” kata Anwar.
“Penghancuran terus menerus (di Palestina) terjadi sejak tahun 1948, diikuti dengan invasi langsung ke Masjid Al-Aqsa pada tahun 1969. Bahkan, sekarang penghancuran terus berlanjut, baik infrastruktur maupun manusia dan genosida. Inilah yang terjadi,” tegasnya.
Malaysia tetap berkomitmen untuk tidak mengizinkan perusahaan-perusahaan yang terdaftar di ‘Israel’ untuk masuk dan melakukan kegiatan apapun di negaranya, tambahnya.
Dia mengatakan bahwa pemerintah sebelumnya, yang menentang keras tirani ‘Israel’, masih mengizinkan perdagangan langsung dengan perusahaan-perusahaan seperti itu di negara tersebut.
Dengan berlanjutnya serangan ‘Israel’ ke Jalur Gaza, jumlah korban tewas sejak 7 Oktober lalu telah mencapai 40.405 orang, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Zionis ‘Israel’ telah melanjutkan serangannya ke Jalur Gaza menyusul serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Blokade yang terus berlangsung di Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, membuat sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Penjajah ‘Israel’ menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta orang Palestina mengungsi sebelum wilayah tersebut diserang pada 6 Mei 2024 lalu.
*