Setelah jatuhnya pemerintahan Bashar Assad, Suriah semakin terbuka terhadap kelompok-kelompok Islam, kalau dulu bisa dikatakan hanya kelompok Sufi yang banyak dapat panggung, kini semua sudah ada. Bahkan Pemerintah mengumumkan mazhab Fiqh yang diakui negara adalah mazhab sunni yang empat, bukan berarti sebelumnya tidak diakui, tapi yang ramai memang Hanafi dan Syafii. Sementara mazhab aqidah yang diakui hanya 3, Asy’ari, Maturi dan Atsari (instead of salafi).
Setelah pemerintahan Assad jatuh, Sham kembali ramai dengan anak-anaknya yang dulu harus keluar atau dikeluarkan karena perbedaan yang tidak bisa ditolerir oleh penguasa saat itu, termasuk para ulamanya pada banyak yang mudik.
Sekitar 3 minggu lalu Kementerian Waqaf mulai menghidupkan kembali tradisi lama yang sempat mati suri, yaitu khataman kitab Muwatta Imam Malik di bawah Kubah Masjid Agung Bani Umayyah.
(Muwatta merupakan Kitab Hadis paling TOP di muka bumi sebelum lahirnya Sahihain/Bukhori-Muslim)
Untuk khataman perdana, pembacaan kitab Muwatta karya Imam Malik dari riwayat Imam Muhammad Hasan Shaibani, yang dibaca oleh Dr. Shafwan Dawudi.
Muwatta riwayat Hasan Shaibani memang idolanya orang-orang Sham, karena isinya bisa dikatakan perbandingan antara mazhab Maliki dan Hanafi. Sementara Dr. Shafwan Dawudi merupakan seorang Faqih Ushuli wal Muhaddits yang terpaksa harus keluar dari Suriah sejak tahun 1982, karena “allegadly involved” dengan kelompok Ikhwan Muslimin yang versi pemerintah Suriah saat itu “berencana melakukan makar”.
Minggu ini, tradisi itu kembali dihidupkan, tapi di masjid yang lain yang tidak jauh dari masjid Agung Bani Umayyah, yaitu Masjid Tenggis oleh Sheikh Abdurrazaq Al Mahdy. Khataman kali ini adalah Muwatta riwayat Imam Yahya bin Yahya Laitsi, kali ini murni mazhab Maliki, tidak ada perbandingan, karena Yahya Laitsi yanh lahir dan besar di Algeciras Cadiz, Spanyol itu merupakan murid Imam Darul Hijrah.
Sheikh Abdulrazaq juga baru kembali ke kampung halamannya di Damascus setelah diusir ke Idlib karena anti pemerintah pada tahun 2011, namun sebelumnya beliau juga sudah berstatus “under surveillance” oleh Mukhabarat karena dituduh Salafi!
Kata Sheikh Abdulrazaq, kitab Muwatta yang paling banyak dibaca di dunia adalah Muwatta riwayat Yahya Liatsi, meskipun yang paling “akmal wa asymal” adalah Muwatta riwayat Abdullah bin Maslama Al-Qanabi. Anyway, semuanya sepakat bahwa Muwatta merupakan Kitab Hadis paling TOP di muka bumi sebelum lahirnya Sahihain.
Menariknya, setiap majelis khataman itu pasti dihadiri mungkin lebih 1000 hadirin, dan banyak diantara mereka berpakaian loreng. Mereka adalah para tentara Suriah yang baru, anak-anak muda yang memilih membela negara dan tidak mau ketinggalan mengaji di masjid-masjid. Pemandangan yang tidak lumrah sebelum 8 Desember 2024 [Portal Islam]
(Saief Alemdar)* fb
*
DERAS.CO.ID Anda Berhak Tahu!