Sunday , April 28 2024
Beranda / Berita / Produk Dalam Negeri, Ini Fitur Canggih Pesawat Bangsa N219
deras.co.id
Pesawat N219 Buatan PT. DI Dan LAPAN

Produk Dalam Negeri, Ini Fitur Canggih Pesawat Bangsa N219

Pesawat berpenumpang buatan anak negeri, dari PT. Dirgantara Indonesia (PT.DI) yang dinamai pesawat N219, telah melakukan uji coba penerbangan yang keduanya, pada Rabu (23/8/2017) di landasan pacu bandara Husein Sastranegara, Bandung. Pesawat N219 yang merupakan sebuah pembuktian bangsa Indonesia dapat memproduksi sebuah pesawat terbang ini, dirancang sangat cocok digunakan di daerah yang memiliki wilayah pegunungan dan juga pesisir.

Seperti halnya di Indonesia, purwarupa pesawat ini memang didesain sesuai kebutuhan masyarakat, yang dapat dioperasikan di daerah terpencil karena memiliki kemampuan short take of landing, serta bisa self starting tanpa bantuan ground support unit.

Tidak hanya itu, kelebihan pesawat yang dijadikan sebagai kado kemerdekaan bagi Republik Indonesia ke-72 ini memiliki kabin yang luas dikelasnya dan dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan pengangkut.

“Bisa mengangkut barang, penumpang hingga pasukan, termasuk evakuasi medis. Penggunaan teknologi Multihop Capability Fuel Tank, yang memungkinkan pesawat tidak perlu mengisi ulang bahan bakar, untuk melanjutkan penerbangan ke rute berikutnya,” ungkap Manager Hukum dan Humas PTDI, Irlandia Budiman di Bandung.

Keunggulan N219 ini juga dilengkapi dengan Terrain Awareness and Warning System, alat yang digunakan untuk mendeteksi pesawat saat menuju atau mendekati wilayah perbukitan.

“Alat itu akan menunjukkan visualisasi secara 3 Dimensi (3D) kepada pilot, agar pilot bisa melihat secara langsung kondisi perbukitan yang akan dilaluinya,” tuturnya.

Karena salah satu tujuan pembuatan pesawat kebanggaan PTDI ini untuk wilayah terpencil, pesawatnya juga dilengkapi nose landing gear dan main landing gear, yang akan memudahkan pesawat melakukan pendaratan di landasan yang tidak beraspal, bahkan berbatu serta akan mengurangi biaya pemeliharaan.

“Menggunakan teknologi yang sudah banyak ditemui di pasaran atau menggunakan common technology, sehingga harga pesawat bisa lebih murah dengan biaya operasi dan pemeliharaan yang rendah,” terangnya.

Untuk memaksimalkan lajunya di wilayah yang berbukit, Direktur produksi PT DI, Arie Wibowo mengatakan pesawat ini juga dapat nelaju dengan kecepatan terendah mencapai 59 knot, dan kecepatan maksimum mencapai 210 knot.

“Yang paling penting pesawat ini, sapat low speed manuver ability, dengan kecepatan yang rendah dia masih mampu terkontrol dan  memanuverkan pesawatnya, ini sangat dibutuhkan di daerah papua dan perbukitan, di daerah yang penuh pegunungan di mana kalau pilot butuh Approuch, dia butuh low speed,” jelas Arie menambahkan.

Oleh karena banyaknya teknologi yang diunggulkan pada pesawat ini,  Arie berharap usai dilakukan serangkaian tahap pengujian, di tahun 2019 telah bisa dipasarkan dan membuat 12 pesawat pertahun.

“Saat ini kita sedang masuk pada fase-fase yang krusial. Kita harus bekerja keras, kita harus membuktikan pesawat ini secara quality dan kualifikisasi tidak jauh berbeda dengan pesawatairbus atau apapun. Yang penting safety nya karena ini pesawat ada penumpang,” kata Arie.

Dirinya menambahkan, pesawat yang diproduksinya ini ditargetkan akan bisa mencapai 5000 circle atau pemakaian pesawat saat menyalakan mesin hingga landing kembali.

“3000 circle itu syarat mendapat sertifikasi. Tapi, PT DI akan melakukan circel dua kali. Kita tes 5000 circle untuk melihat apa yang terjadi selama 5000 circle, agar bisa menjamin ke operator, pesawat ini 5000 circle ga akan ada masalah,” jelasnya usai acara penerbangan kedua N219.

Perlu diketahui, pembuatan pesawat N219 ini adalah hasil kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), yang telah berhasil melakukan penerbangannya pertamanya di langit Kota Bandung, pada sehari sebelum kemerdekaan Indonesia Rabu, (16/8/2017), oleh pilot wanita bernama captain Esther Gayatri Saleh sebagai Pilot In Command (PIC) dan Captain Adi Budi Atmoko sebagai First Officer (F9).

Sumber : arah.com

Baca Juga

deras.co.id

Siswa SMA YPSA Belajar Langsung Ke Konjen Jepang di Medan

DERAS.CO.ID – Siswa-siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Outing Class ke Konsulat Jenderal Jepang di Medan yang …