Deras.co.id – Alih-alih menjadi tidak “nakal”, anak-anak itu justru dikhawatirkan mempelajari nilai-nilai yang tidak cocok dengan usianya, semakin agresif, dan bahkan kehilangan daya kreativitas.
Namun Bupati Purwakarta, Saepul Bahri Binzein, yang setuju menjalankan ide tersebut berkata program ini sebagai bentuk nyata pemerintah menyelamatkan generasi muda yang disebutnya mengalami degradasi moral.
Ia juga mengeklaim tidak semua anak bisa masuk barak militer, tapi hanya yang dinilai membutuhkan intervensi serius yang dibawa.
Bagaimana reaksi para siswa dan orang tua?
Puluhan pelajar tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dari berbagai sekolah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menjalani rutinitas baru di markas militer Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha.
Selama 14 hari mereka akan tidur dan makan di aula yang disulap menjadi ruang serba guna. Pasalnya di sana tersedia velbed atau tempat tidur lipat, meja makan, dan kelas untuk belajar.
Keseharian mereka dimulai dari tidur pukul 22:00 WIB, kemudian bangun jam 04:00 WIB, dilanjutkan dengan salat berjamaah dan sarapan bersama.
Sembari mengenakan pakaian loreng ala-ala tentara dan rambut cepak, para siswa lantas diajarkan baris-berbaris serta latihan fisik seperti lari dan push-up.
Di kanal YouTube Dedi Mulyadi yang diunggah pada Sabtu (03/05), ia mengunjungi bocah-bocah itu dan bertanya beberapa hal: “Apakah mereka mau berubah?”, “Apakah makanannya enak?”, “Apakah senang latihan di barak?”.
Jawaban mereka serempak diawali kata: “Siap!” dengan posisi tegak berdiri persis tentara.
Masih di hari yang sama, anak-anak itu kemudian belajar bela diri: karate. Setelahnya makan siang bersama.
Mereka lantas mendapatkan pelajaran soal bela negara dan kedisiplinan dari seorang tentara. Sesudahnya disambung dengan pelajaran Bahasa Indonesia yang diampu oleh seorang guru.
Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta, Purwanto, menuturkan para pelajar itu tetap mendapatkan pelajaran dari sekolah.
“Ada guru yang bergiliran ditugaskan [mengajar] di sana sesuai dengan mata pelajarannya dan ada guru konseling yang membimbing masing-masing tiga siswa,” jelas Purwanto.
Di sana, kata dia, pelajar tersebut juga diharuskan mencuci baju sendiri. Intinya klaim Purwanto, aktivitas mereka dipantau selama 24 jam.
Bocah-bocah itu adalah uji coba untuk program bernama Pendidikan Karakter, Disiplin, dan Bela Negara Kekhususan yang dicetuskan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi.
Dedi mengumpulkan anak-anak yang disebutnya “susah diatur” semisal kecanduan gim online, merokok, mengonsumsi alkohol dan narkotika, hingga tawuran ke barak militer sebagai respons atas kekhawatiran meningkatnya “degradasi moral remaja”.